BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil terbentuk oleh ikatan dua orang dewasa yang berlainan jenis, wanita dan pria serta anak-anak yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan dikemudikan oleh orang tua. Alam mempercaykan pertumbuhan serta perkembangan anak peda mereka pada mereka.
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga. Orang tua dikatakan pendidik pertama karena dari merekalah anak memperoleh pendidikan untuk yang pertama kalinya dan dikatakan pendidik utama karena pendidikan dari orang tua menjadi dasar bagi perkembangan dan kehidupan anak dikemudian hari.
Sebagaimana dikemukakan yang diungkapkan oleh Dra. Kartini Kartono, “keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai mahluk social. Dalam keluarga umumnya anak ada dalam hubungan interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan anak”
Masalah anak-anak dan pendidikan adalah suatu problem yang amat menarik bagi seorang pendidik dan ibu-ibu yang setiap saat menghadapi anak-anaknya yang membutuhkan pendidikan. Mengasuh dan membesarkan anak berarti memelihara kehidupan dan kesehatannya serta mendidiknya dengan ketulusan dan cinta kasih. Secara umum tanggung jawab mengasuh anak adalah tugas kedua orangtuanya.
Pengertian mengasuh anak adalah mendidik, membimbing dan memeliharanya, mengurus makanan, minuman, pakaian, kebersihannya, atau pada segala perkara yang seharusnya diperlukannya, sampai batas bilamana si anak telah mampu melaksanakan keperluannya yang vital, seperti makan, minum, mandi dan berpakaian.
Dalam mencapai tujuan pendidikan tidak hanya bergantung pada proses pendidikan yang dilakukan di sekolah. Keluarga dan masyarakat juga sangat menentukan tercapainya tujuan pendidikan. Sekolah, keluarga, dan masyarakat harus bekerjasama dengan baik dalam mengupayakan tercapainya tujuan pendidikan. Keluarga berperan dalam membentuk dan mengembangkan kepribadian anak dalam kehidupan sehari-hari di rumah.
Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina kepribadiannya agar sesuai dengan norma-norma atau aturan di dalam masyarakat Dalam perkembangannya istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dengan demikian pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok untuk membina seseorang sesuai dengan norma dan kebudayaan dalam masyarakat.
Keluarga sendiri merupakan tempat pertama dan terdekat dari anak untuk mendapatkan pendidikan. Dalam keluarga anak akan mendapatkan adab kemanusiaan yang berpengaruh besar terhadap perkembangan anak manusia. Oleh karena itu, pendidikan dalam keluarga dan yang diberikan oleh orang dalam keluarga akan sangat penting bagi perkembangan anak selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas permasalahan yang dapat ditarik adalah :
a. Apa pngertian pola asuh orang tua?
b. Apakah tipe pola asuh orangtua ?
c. Apakah macam-macam pola asuh orangtua ?
d. Bagaimana implikasi pola asuh orang tua terhadap pendidikan seorang anak ?
C. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penuliasan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memberikan gambaran pola asuh orang tua terhadap pembentukan seorang anak baik itu berupa psikis maupun fisiknya serta keterkaitan pola asuh orang tua terhadap kelangsungan pendidikan seorang anak.
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah kami mengharapkan pembuatan makalah kami dapat bermanfaat bagi pembaca, menambah pengetahuan dan wawasan baru serta menjadi acuan bahwa penerapan pola asuh orang tua dan implikasinya terhadap pendidikan memiliki pengaruh yang besar terhadap masa depan anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pola Asuh Orang tua
1. Pengertian Pola Asuh Orang tua
Setiap orang menginginkan anaknya menjadi orang yang berkepribadian yang baik, Sikap mental yang sehat dan sikap yang terpuji. Orangtua sebagai pembentuk pribadi yang pertama dalam kehidupan anak, dan harus menjadi teladan yang baik bagi anaknya. Sebagaimana yang sinyatakan oleh Zakiyah Daradjat, bahwa “Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup merupakan unsure-unsur pendidikan yang secara tidak langsung akan masuk kedalam pribadi anak yang sedang tumbuh.
Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu “pola” dan “asuh”. Menurut Kamus Besar Indonesia, “pola corak, model, model, system, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap.
Sedangkan kata “asuh dapat diartikan menjaga (merawat dan mendidik ) anak kecil, membimbing ( membantu, melatih Dan memimpin)badan atau lembaga. Lebih jelasnya kata asuh mengcakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat.
Pengasuhan menurut (Schochib,2000,hlm 15) adalah orang yang melaksanakan tugas membimbing,memimpin, atau mengelola. Pengasuhan yang dimaksud disini adlah mengasuh anak. Menurut darajat mengasuh anak maksudnya adalah mendidik dan memelihara anak itu, mengurus makan, minum, pakaiannya, dan keberhasilannya dalam periode pertama sampai dewasa.
Pola asuh orang tua yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu kewaktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif dan positif. Orang tua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya.
Dengan pengertian diatas dapat dipahami bahwa pengasuhan anak yang dimaksud adalah kepemimpinan, bimbingan , yang dilakukan terhadap anak berkaitan dengan kepentingan hidupnya. Pola asuh orang tua terhadap anak merupakan bentuk interaksi antar anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orang tua mendidik, mengbimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma yang berlaku dalam lingkungan setempat dan masyarakat.
Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga, mengajar, mendidik, serta memberi contoh bimbingan kepada anak-anak untuk mengetahui, mengenal, mengerti, dan akhirnya dapat menerapkan tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Pola asuh yang ditanamkan tiap keluarga berbeda dengan keluarga lainnya. Hal ini tergantung dari pandangan pada diri tiap orang tua (Gunarsa, 2002, hlm. 86).
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak dapat berinteraksi. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak.
Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian adalah praktik pengasuhan anak. Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat Brown (1961: 76) yang mengatakan bahwa keluarga adalah lingkungan yang pertama kali menerima kehadiran anak. Jadi, pola asuh orang tua secara mendetail adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak, dimana orang tua bermaksud menstimulasi anaknya dengan tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap Paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.
B. Tipe pola asuh orangtua
Orang tua mempunyai berbagai macam fungsi yang salah satu di antaranya ialah mengasuh putra-putrinya. Dalam mengasuh anaknya orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya. Di samping itu, orang tua juga diwarnai oleh sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan putra-putrinya. Sikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan kepada anaknyayang berbeda-beda, karena orangtua mempunyai pola pengasuhan tertentu. (Tarmuji,1991).
Tipe pola asuh terdiri dari dua dimensi yaitu Directive behavior dan Supportive Behavior. Directive Behavior melibatkan komunikasi searah dimana orangtua menguraikan peran anak dan memberithau anak apa yang mereka lakukan dimana, kapan, dan bagaimana melakukan suatu tugas. Supportive Behavior melibatkan komunikasi dua arah dimana orang tua mendengarkan anak, memberikan dorongan, membesarkan hati, memberikan teguran positif dan membantu mengarahkan perilaku anak (Shochib,2000,117).
Menurut Bernhard (1964: 31) sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orangtua sangant berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anaknya. Orangtua juga dapat merealisasikan dan menciptakan situasi dan kondisi yang dihayati anak-anak agar memiliki dasar-dasar dalam pengembangan diri.
Dengan upaya ini berarti oarng tua merealisasikan undang-undang No.11 tahun 1989 tentang system pendidikan nasional (UUSPN)yang menyebutkan pendidikan dalam keluarga memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang mengcakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, keterampilan dan sikap hidup yang mengdukung kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara kepada anggota keluarga yang bersangkutan.
C. Macam-macam Pola Asuh Orang tua
Pendidikan dalam keluarga perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya dengan mengetahui dan mencari pola asuh yang tepat bagi anak-anaknya, antara lain :
a. Pola Asuh Otoritative (Otoriter)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, otoriter berarti berkuasa sendiri dab sewenang-wenang”. Menurut singgih D. Gunarsa dan Ny.Y. Singgih D. Gunarsa, pola asuh otoriter adalah suatu bentk pola yang menuntut anak agar patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orangtua tanpa ada kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapatnya sendiri.
Menurut Baumrind (1991) (dalam Parke & Locke, 1999) pola asuh otoriter adalah bentuk pola asuh yang menekankan pada pengawasan oarngang tua atau control yang ditujukan kepada anak untuk mendapatkan ketaatan dan kepatuhan. Pola asuh otoriter adalah pengasuhan yang kaku, dictator, dan memaksa anak untuk patuh terhadap aturan-aturan yang diberikan oleh orangtua tanpa merasa perlu menjelaskan kepada anak apa guna dan alasan dibalik aturan tersebut, serta cenderung mengekang keinginan anaknya.
Adapun cirri-ciri dari pola asuh otoriter adalah :
1) Anak harus mematuhi peraturan-peraturan orang tua dan tidak boleh membantah.
2) Orang tua cenderung mencari keslahan-kesalahn anak dan kemudian menghukumnya.
3) Orang tua cenderung memberikan perintah dan larangan kepada anak.
4) Jika terdapat perbedaan pendapat antara orang tua dan anak, maka anak dianggap pembangkang.
5) Orang tua cenderung memaksakan disiplin.
6) Orang tua cenderung memaksakan segala sesuatu untuk anak dan anak hanya sebagai pelaksa.
7) Tidak ada komunikasi antara orang tua dan anak.
Efek pola asuh otoriter terhadap perilaku belajar anak :
1) Anak menjadi tidak percaya diri, kurang spontan, ragu-ragu dan pasif, serta memiliki masalah konsentrasi dalam belajar.
2) Anak menjalankan tugas-tugasnya hanya karena takut hukuman
3) Disekolah, memiliki kecenderunagn berperilaku anti social, agresif , impulsive dan perilaku mal adatif lainnya.
4) Anak perempuan cenderung menjadi dependen.
5) Anak merasa tidak bahagia, tidak terlatih untuk beriinisiatif, selalu tegang, cenderung ragu.
6) Anak tidak mampu menyelesaikan permasalahan atau problem solving-nya kurang
b. Pola Asuh Autoritatif (Demokratis)
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang bercirikan adanya hak dan kewajiban orangtua dan anak adalah sama dalam artian saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab dan menentukan perialakunya sendiri agar dapat berdisiplin.
Menurut shochib (dalam yuniati,2003) orangtua yang menerapkan pola suh demokratis banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk membuat keputusan secara bebas, berkomunikasi dengan lebih baik, mendukung anak untuk memiliki kebebasan sehingga anak mempunyai kepuasan tersendiri dalam hokum untuk menegembangkan kedisiplinan. Pola asuh demokratis dihubungkan dengan tingkah laku anak-anak yang memperlihatkan emosional positif, social, dan pengembangan kognitif.
Orangtua juga memprioritaskan kepentingan anak dan membimbing anak kearah kemandirian. Hal ini dilakukan orang tua dengan lemah lembut dan penuh kasih saying.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, yang berbunyi :
“Sesungguhnya Allah mencintai kelemah-lembutan dalam segala urusan”
(H.R Bukhari)
Adapun cirri-ciri pola asuh demokratis adalah :
1) Menentukan peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan mempertimbangkan alas an-alasan yang diterima.
2) Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang perlu dipertahankan dan yang tidak baik agar ditinggalkan.
3) Memberikan bimbingan dengan penuh perhatian
4) Dapat menciptakan keharmonisan keluarga
5) Dapat menciptakan suasana komunikatif antar orangtua dan ank serta sesame keluarga.
Efek Pola asuh autoritatif terhadap perilaku belajar anak :
1) Anak lebih mandiri,tegas terhadap diri sendri dan memiliki kemampuan introspeksi serta pengendalian diri.
2) Mudah bekerjasama dengan oranglain dan kooperatif terhadap aturan.
3) Lebih percaya diri akan kemampuannya menyelesaikan tuga-tugas.
4) Merasa aman dan menyukai serta semangat dalam tugas-tigas belajar.
5) Memiliki keterampilan social yang baik dan terampil menyelesaikan permasalahan.
6) Tampak lebih kreatif dan memiliki motivasi berprestasi.
Menyepakati pola asuh yang paling efektif dalam keluarga adalah penting, karena pola asuh pada tahun-tahun awal kehidupan seseorang akan melandasi kepribadiannya dimasa yang akan datang.
c. Pola Asuh permissive (Pemanjaan)
Segala sesuatu terpusat pada kepentingan anak, dan orangtua/prngasuh tidak berani menegur, takut anak menangis dan khawatir anak kecewa. Terkadang orang tua melakukan segala hal yang diinginkan oleh anaknya tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi terhadap anak tersebut.
Ciri-ciri pola asuh permissive (pemanjaan)
1) Adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya.
2) Anak terkadang egois
Efek Pola Asuh Permisive terhadap perilaku belajar anak :
1) Anak menjadi tanpak responsive dalalm belajar, namun kurang matang (manja), impulsive dan mementingkan diri sendri, kurang percaya diri (cengeng) dan mudah menyerah dalam menghadapi hambatan atau kesuliatan dalam tugas-tugasnya.
2) Tidak jarang perilakunya disekolah menjadi agresif.
d. Pola Asuh Indulgent (penelantaran)
Pola asuh seperti ini sendiri menelantarkan anak secara psikis, kuarang memperhatikan perkembangan si anak, anak dibiarkan berkembang sendiri tanpa megawasi perkembangan anak, orangtua lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri karena kesibukan.
Efek Pola Asuh Indulgent / Laissez Faire (penelantaran)
Kata laissez faire berasal dari Bahasa Perancis yang berarti membiarkan (leave alone). Dalam istilah pendidikan, laissez faire adalah suatu system dimana si pendidik menganut kebijaksanaan non interference (tidak ikut campur).
Pada pola asuh ini anak dipandang sebagai mahluk hidup berpribadi bebas, anak adalah subjek yang dapat bertindak dan berbuat sesuai dari hati nuraninya. Orang tua membiarkan anaknya mencari dan menemukan sendiri apa yang diinginkannya . kebebasan sepenuhnya diberikan kepada anak. Orang tua seperti ini cenderung kurang perhatian dan acuh-tak acuh terhadap anaknya.
Cirri-ciri pola asuh Indulgent/Laissez faire (penelantaran)
1) Anak bersifat nakal, lemah, tergantung dan bersifat kekanak-kanakan
2) Acuh tak acuh atau cuek terhadap segala hal yang menyankut tentang dirinya.
Efek dari pola asuh Indulgent/ Laissez faire (penelantaran)
1) Anak dengan pola asuh ini paling potensial terlibat dalam kenakalan remaja seperti penggunaan narkoba, merokok disusia dini dan tindak criminal lainnya.
2) Impulsive dan agresif serta kurang mampu berkonsentrasi pada suiatu aktivitas atau kegiatan
3) Anak memiliki daya tahan terhadap frustrasi rendah
Terdapat pula tipe pola asuh menurut Haersey dan Blanchard (1978) (dalam Garliah &Sary,2005),terdiri dari empat tipe yaitu :
1) Telling
Perilaku orangtua yang directive-nya tinggi dan supportive rendah disebut dengan telling. Karena dikarakteristikkan dengan komunikasi satu arah antara orangtua dengan anak. Dimana orangtua menentukan peran anak dan mengatakan apa, bagaiman, kapan dan dimana anak harus melakukan berbagai tugas.
2) Selling
Perilaku orangtua yang directive dan supportive tinggi disebut dengan selling. Karena sebahagian besar arahan yang ada diberikan oleh orangtua. Orangtua juga berusaha melalui komunikasi dua arah yang membolehkan anak untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan dukungan serta dorongan.
3) Participating
Perilaku orangtua yang directive-nya rendah dan supportive tinggi disebut participating, karena orangtua dan anak saling membagi dalam membuat keputusan melalui komunikasi dua arah. Anak memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk berbagi ide tentang bagaimana suatu masalah itu dipecahkan dan membuat kesepakatan dengan orangtua pap yang harus dilakukan.
4) Delegating
Perilaku orangtua yang directive dan supportive rendah disebut dengan delegating, karena meskipun orangtua tetap menetapkan apa yang harus dilakukan dalam menghadapi suatu masalah, namun anak diperbolehkan untuk menjalankan apa yang diinginkannya dan memutuskan kapan, dimana, dan bagaimana mereka melakukan suatu hal.
D. Peran Keluarga dan Implikasinya Dalam Menyukseskan Pendidikan
Peran keluarga terhadap pendidikan mungkin tidak terlalu signifikan bagi sebagian anak, namun jika direnungkan lebih dalam, siapa saja akan bisa merasakan betapa berat peran yang disandang keluarga. Betapa tidak banyak anak yang mengalami tindakan penyimpangan akibat tidak adanya penaungan, bimbingan, dan himbauan dari keluarganya. Didalam keluarga tercermin jalinan kasih cinta dalam ikatan emosional, darah dan kekerabatn yang sangat mendominasi.
paparan tersebut keluarga diibaratkan percetakan akan menjadi apa hasil cetak tersebut sesuai dengan percetakannya, begitu pula dengan keluarga akan menjadi apa seorang anak kelak sesuai dari hasil asuhan keluarganya. Sebagian orang secara tidak sadar mengatakan bahwa sebenarnya peran keluarga adalah sekunder, alias hanya sebagai pelengkap saja. Sebab pengetahuan formal telah didapatkan dibangku sekolah. Logika ini tidak saja keliru secara etis, Tapi juga patut dipertanyakan pula pandangan moralnya terhadap keluarga. Faktanya, keluarga justru merupakan institusi pendidikan pertama dan utama, kemudian baru dilengkapi dengan nilai-nilai pengetahuan yang didapatkan dari bangku sekolah.
Peran orang tua dalam menyukseskan pendidikan anaknya antara lain dengan tidak melakukan tindakan pengekang terhadap anaknya. Hal ini dikarenakan anak kita bukanlah kita akan tetapi anak telah memiliki dunianya sendiri. Orangtua hanya perlu melakukan pengarahan dan pengawasan terhadap anak.
Pada fase remaja, anak akan membutuhkan pengarahan dan pertimbangan dari kedua orangtuanya untuk maslah kelanjutan pendidikannya. Disinilah orangtua perlu berperan dalam pemilihan tempat
Pendidikan yang tepat sesuai dengan karakteristik dan kepribadian anaknya tanpa perlu pemaksaan kehendak kepada anak. Dari beberapa referensi yang kami dapatkan maka kami akan mengelompokkan beberapa fungsi atau implikasi keluarga/orangtua dalam mendukung pendidikan anak disekolah.
Fungsi keluarga/orangtua dalam mengdukung pendidikan anak disekolah adalah sebgai berikut :
1) Orangtua dapat bekerjasama dengan pihak sekolah untuk membantu proses perkembangan anak
2) Sikap anak terhadap sekolah sangat dipengaruhi oleh sikap orangtua terhadap sekolah, sehingga sangat dibutuhkan kepercayaan orangtua terhadap sekolah yang menggantikan tugasnya selama disekolah.
3) Orangtua bekerjasama dengan guru untuk mengatasi kesulitan belajar anak
4) Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya.
5) Orangtua bersama anak mempersiapkan jenjang pendidikan yang akan diikuti oleh anak dan mendampingi selama menjalani proses belajar dilembaga pendidikan.
Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut secara maksimal, orangtua harus memiliki kualitas diri yang memadai, sehingga anak-anak akan berkembang sesuai dengan harapan.
Artinya orangtua memahami hakikat dan peran mereka sebagai orang tua dalam membesarkan anak, membekali diri dengan ilmu tentang pola pengasuhan yang tepat pengetahuan tentang pendidikan yang dijalani anak, dan ilmu tentang perkembangan anak, sehingga tidak salah dalam menerapkan suatu bentuk pola pendidikan terutama dalam pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan tujuan pendidikan,
BAB III
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah kami angkat dalam diskusi yang berjudul Pola Asuh Orangtua dan Implikasinya Dalam pendidikan. Maka kami dapat menyimpukan bahwa
Kesimpulan dari peran keluarga atau pola asuh orangtua dalam implikasinya dalam pendidikan seorang anak adalah keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dari anak. Dimana anak mendapatkan pendidikan sejak dalam kandungan sampai dengan mendapatkan pendidikan formal.
Dalam menyukseskan pendidikan,keluarga berperan dalam memberikan pendampingan dan memberikan pilihan kepada anaknya untuk masalah
Pendidikan yang tepat dan sesuai dengan karakteristik anak. Disamping itu, penciptaan suasana yang nyaman dan aman dari keluarga kepada anaknya akan memberikan motivasi keluarga kepada anak dalam menempuh pendidikannya.
Daftar Pustaka
Sugiyono, Dedi. 2009. Peran Keluarga dalam Pendidikan Usia Dini.http://dedisugiyono.wordpress.com/2009/01/19/peran-keluarga-dalam-pendidikan-usia-dini/, diakses tanggal 5 Maret 2012.
Arisandi.2011.Peran Keluarga dan Masyarakat dalam Pendidikan. http://dedisugiyono.wordpress.com/2009/01/19/peran-keluarga-dalam-pendidikan-usia-dini/, diakses tanggal 5 Maret 2012.
Abidin, Zainal. 2010. Peran Keluarga dalam
Rabu, 14 Maret 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar